Sabtu, 22 September 2007

Betapa...

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke gereja untuk disumbangkan;

Tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan.
Betapa lamanya melayani TUHAN selama 1 jam;

Namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa(spontan);

Namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan teman/pacar tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan sepak bola diperpanjang waktunya ekstra;

Namun kita mengeluh ketika khotbah di Gereja lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu perikop dari ALKITAB;

Namun betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser;
Namun lebih senang duduk di bangku paling belakang di Gereja.

Betapa sulitnya untuk kita menyesuaikan jadwal 2 atau 3 minggu sebelumnya untuk suatu acara Gerejani;

Namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari suatu bab sederhana dari INJIL untuk di sharingkan dengan orang lain;

Namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain itu.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran;

Namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh ALKITAB.

Betapa setiap orang ingin masuk Sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api;

Namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah; betapa seringnya kita ragu-ragu/enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon DELETE.

2 komentar:

Mr.T mengatakan...

Setuju banget bu..Jadi terkoreksi nih..he..he.. Btw mana lagi nih..? koq cuma atu..?

Admin mengatakan...

Perenungan yang bagus, coba lebih dalam akan makna hidup yang sesungguhnya.
- Kenapa kita harus yakin dengan apa yang selama ini meragukan?
- Kenapa hanya menjadi penerus pemikiran orang tidak menggali dari dasar renung hati yg paling dalam?
- Kenapa tidak bisa keluar dari pemikiran orang2 disekitar kita, padahal setiap hari kita menyaksikan kebenaran?

Masih banyak lagi yang harus digali... :)