Senin, 30 April 2012

Semua peristiwa yang terjadi pasti alasannya..

Mungkin kita sering banget denger kalimat ini..

"Tidak ada yang namanya kebetulan.."
"Semua peristiwa yang terjadi pasti alasannya.."

Kebetulan yang baru terjadi adalah ketika gw memutuskan untuk kembali meneruskan membaca Quantum Life Transformation karangan Adi W. Gunawan.. Karena sempat beberapa hari berhenti membaca, seperti biasa gw selalu balik membaca beberapa halaman sebelum letak si pembatas buku.. untuk sekedar mengingatkan sampai dimana kemarin..

Di sela-sela sedang mengulang, tiba-tiba ada bbm masuk.. dan seperti biasa lagi.. setelah mengecek bbm, biasanya mengecek twitter.. ada sebuah artikel yang di retweet oleh seorang kawan yang berjudul "Saya takut hidup di Jakarta.." Iseng, buka agh..

Setelah membaca, ternyata isinya adalah 3 peristiwa yang tidak mengenakan yang dialami oleh sang penulis yang semuanya berakhir dengan keributan..

Dan setelah membaca artikel tersebut, gw langsung inget pada bacaan gw (yang mengulang tadi).. Ada pernyataan..
"Setiap kejadian yang kita alami sebenernya bersifat netral. Pikiran kitalah yang memberi makna pada kejadian itu. Makna ini bisa positif dan bisa negatif.." 
Dan di saat yang sama, gw teringat lagi tulisan gw beberapa hari yang lalu tentang Ya, udah..

Seperti tersadarkan, bener juga.. Seandainya penulis tersebut bereaksi mengalah saja.. dan "Ya, udah".. mungkin semua keributan bisa terhindari.. dan perasaan negatif yang sekarang dirasakan sang penulis itu mungkin tidak ada..
Seandainya si penulis hanya "Ya, udah".. tapi tetap mengambil manfaat atau pelajaran dari kejadian tersebut, bahwa lebih baik bersabar daripada membuang waktu dan jadi bad mood.. atau pelajaran apapun lah..
Tapi mungkin juga, dengan tulisan tersebut dapat menyadarkan beberapa orang, mungkin guru, orangtua, pembina pramuka, pemimpin agama dan beberapa pemimpin di negeri ini.. untuk menjadikan peristiwa ini sebagai contoh yang tidak baik.. Sehingga kerugian yang dialami sang penulis tidak terulang pada oranglain..
Dan mungkin itu alasan peristiwa tersebut terjadi pada sang penulis.. sebagai pembelajaran untuk diri sendiri dan untuk orang lain..


Kebetulan-kebetulan yang menarik.. 
kalau tidak ada bbm masuk dan tidak jadi buka twitter..
dan mungkin artikel tersebut berlalu begitu saja, tidak terbaca.. 
atau mungkin artikel tersebut tetap terbaca tapi tidak nyambung dengan pernyataan dalam buku itu karena mungkin gw dah lupa.. 


Jumat, 27 April 2012

Live In The Moment

Thesiss ohh thesis...
Banyak hal yang gw petik ketika mengerjakan thesis itu..

Waktu ngejalaninnya rasanya bener-bener pengen nyerah.. Yang namanya nangis itu udah seperti minum obat.. Pagi, siang, malam.. Nangis terus...Stress.. Ga bisa konsentrasi..Semua yang ditulis rasanya salah..

Salah satu hal yang gw dapet ketika thesis adalah Live In The Moment..

Hari itu sudah dijadwalkan untuk simulasi sidang.. Simulasi sidang ini dilakukan di depan teman-teman.. Tujuannya untuk tau dimana kekurangan dan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan dari dosen penguji.. Biasanya teman-teman yang sudah latihan sidang jadi lebih terbayang tentang pertanyaan yang mungkin muncul dan sudah mempersiapkan jawaban dari pertanyaan itu..

Note: Sidang thesis di MBA ITB mungkin berbeda dengan sidang thesis di Universitas atau Perguruan Tinggi lainnya.. 

Hari itu, ketika mulai simulasi sidang.. Dalam diri gw ada keyakinan bahwa thesis gw itu ga sempurna.. Banyak bolongnya, ada beberapa salah ketik.. Banyak celah banget untuk diserang..

Berangkat dengan ketakutan ini, gw memulai presentasi gw..
Hasilnya bisa ditebak.. Kacau.. Muka-muka bingung dari teman-teman yang datang, makin membuat down.. Dan terjadilah.. Nangis lagi.. Airmata bener-bener ga bisa dibendung.. Rasa tertekan ini bener-bener ga bisa dikendalikan..

Singkat cerita simulasi sidang berakhir.. Banyak masukan dari teman-teman.. Ini itu yg harus diperbaiki.. kemungkinan pertanyaan dan apa yang perlu dilakukan.. Setelah selesai, simulasi sidang, kami memutuskan pergi ke sebuah cafe.. Makan malam, sekalian memperbaiki slide presentasi dan bertemu sepupu dari seorang teman.. Gobind, sang pengarang buku Happiness Inside..

Entah mulainya bagaimana.. agak lupa kronologisnya.. Di sela-sela obrolan, Gobind bertanya..

"Kamu sedang ada masalah?.. detik ini?" dan dia mengulang pertanyaan itu sampai tiga kali pada bagian "detik ini?".. Gw terdiam.. Bingung..

Trus gw jawab.. "Ada, ini.." sambil menunjuk monitor laptop gw..

Dan dia menjawab lagi.. "Itu masalah sekarang atau nanti?"..

Lalu dia menjelaskan sedikit tentang bagaimana waktu (masa depan) menurut science.. dan gw kembali lupa pasti isinya apa.. Tetapi pada intinya..

"Masalah itu timbul karena ketakutan kita akan sesuatu di masa depan yang belum pasti.. Jadi sekarang yang bisa dilakukan adalah kerjakan dengan baik apa yang ada di depan kita.." sambil dia memperagakan gerakan mengetik..

Bener juga..
Kenapa thesis gw rasanya kacau.. Karena ketika gw ngerjain, gw penuh dengan ketakutan.. Takut salah... Takut nanti ditanya ini itu gara-gara tulisan gw.. Takut ditolak kembali sama dosen pembimbing..
Seandainya, gw bisa sedikit menghilangkan semua ketakutan dan kecemasan gw.. dan mengerjakan saja apa yang ada di depan gw, saat ini.. Yak, mungkin semuanya akan lebih baik..

Tapi selesai.. Besoknya gw panik lagih.. dan dalam kepanikan.. seperti biasa.. gw nge-bbm salah satu teman yang tau benar isi thesis gw.. dan biasanya di bbm itu isinya, pertanyaan dengan panik.. "kalo gini gimana.. kalo gitu ntar gimana.." dan biasanya dengan ajaib.. gw mendadak punya jawaban sendiri "mending diginiin ajah kali ya.."

Dan sang teman menjawab.. "tenang Le.. inget Live in The Moment-nya Gobind semalem.."

Hehehehe.. Bener juga. Baru semalem sadar.. Udah lupa lagih..

Dan setelah itu, dengan prinsip itu.. gw ngejalanin moment persiapan itu dengan lebih tenang.. Mempersiapkan yang terbaik yang bisa gw lakuin.. Daripada malah fokus memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatif malah menciptakan ketakutan, nangis.. buang waktu, hilang konsentrasi..

Dan selesailah semuanya..
Pada saat sidang-pun.. Ya sudah.. saat ini gw sedang sidang.. Jalanin saja.. Berikan yang terbaik, nikmati.. Karena saat ini (saat sidang itu)tidak akan terulang kembali..



Prolog Sang Alkemis

Sudah dua kali beli buku Sang Alkemis karangan Paulo Coelho..
Buku yang pertama cetakan lama (mungkin yang pertama), lenyap entah kemana..


Buku kedua saat ini sedang dipinjam teman..



Tapi ternyata ada perbedaan antara buku cetakan lama dan cetakan baru ini..
Ternyata di cetakan terbaru.. ada yang dihilangkan..
Yaitu pada bagian Bab Prolog..
Langsung menyesal buku cetakan lama itu hilang.. :(

Kebetulan kemarin dapat email dari seorang teman mengenai isi dari Bab Prolog ini..
Pas dibaca, oh iyaaa... jade ingat..
Ceritanya bagus.. Jadi tidak ada salahnya berbagi..



Prolog


Alkemis itu mengambil buku yang dibawa seseorang dalam karavan. Membuka-buka halamannya, dia menemukan sebuah kisah tentang Narcissus.

            Alkemis itu sudah tau legenda Narcissus, seorang muda yang setiap hari berlutut di dekat sebuah danau untuk mengagumi keindahannya sendiri. Ia begitu terpesona oleh dirinya hingga suatu pagi, ia jatuh ke dalam danau itu dan tenggelam. Di titik tempat jatuh itu, tumbuh sekuntum bunga, yang dinamakan narcissus.

            Tapi bukan dengan itu pengarang mengakhiri ceritanya.

            Dia menyatakan bahwa ketika Narcissus mati, dewi-dewi hutan muncul dan mendapati danau tadi, yang semula berupa air segar, telah berubah menjadi air mata yang asin.
“Mengapa engkau menangis ?” tanya dewi-dewi tu.
“Aku menangisi Narcissus,” jawab danau
“oh, tak heranlah jika kau menangisi Narcissus ,” kata mereka, “sebab walaupun kami selalu mencari dia di hutan, hanya kau saja yang dapat mengaggumi keindahannya dari dekat. “
“Tapi ......... indahkah Narcissus ?” tanya danau
“ Siapa yang lebih mengetahuinya daripada engaku ?” dewi-dewi bertanya heran. “Di dekatmulah ia tiap hari berlutut mengagumi dirinya !”

Danau terdiam beberapa saat. Akhirnya, ia berkata : “Aku menangisi Narcissus, tapi tak pernah ku perhatikan bahwa Narcissus itu indah. Aku menangis karena, setiap ia berlutut di dekat tepianku, aku bisa melihat di kedalaman matanya, pantulan keindahanku sendiri.”

“Kisah yang sungguh memikat, “ pikir sang alkemis.


Senin, 23 April 2012

Ho'oponopono...

Sekedar berbagi..
Tentang buku berjudul Zero Limit, ttg seorg dokter terapis yg menyembuhkan lbh dr 30 org pasien sakit mental tanpa pernah ketemu.. Teknik yang dipakai Ho'oponopono.. Teknik ini berasal dari teknik Hawaii kuno..


Dasar dari Ho'oponopono adalah bahwa semua masalah (penyakit, perasaan tidak suka dll) berawal dari dalam diri kita.. Semua hal yang kita tidak suka merupakan proyeksi dalam diri kita.. Semua masalah ada di dalam kita, bukan pada orang lain..
Ho'oponopono adalah teknik membersihkan memori dari pengalaman yang tidak enak, sehingga mempengaruhi reaksi kita dalam melihat sesuatu.. Dan pada akhirnya terjadilah masalah.. Bahkan penyakit..
Ho'oponopono adalah teknik self-healing..
Tekniknya hanya bayangkan masalah, penyakit atau orang yang sedang dalam masalah (menurut kita) lalu ucapkan terus menerus dengan sungguh-sungguh:
"I Love U, I'm sorry, Please forgive me, Thank you"..


Ajaib.. Tanpa pernah bertemu pasiennya, dokter tersebut hanya membayangkan pasiennya dan pasien tersebut sembuh..
Memang ga masuk akal.. Tetapi sudah terbukti manjur..
Buat yg tertarik untuk tahu lebih dalam, bisa baca buku Zero Limit by Joe Vitale.. Atau browsing ttg teknik ini..
Tidak ada salahnya mencoba.. siapa tau yang sedang stress dengan pekerjaan, rekan kerja, kuliah, pasangan, penyakit, keluarga.. Smua bisa sembuh..
Regards
Lea..

Sabtu, 21 April 2012

Ya udah..

Kadang gw suka heran dengan orang yang bisa nyantai banget dalam hal nyetir.. Mungkin bukan nyantai kata-kata tepatnya.. tapi tenang..

Ketemu angkot yang nyebelin, motor yang ga jelas, becak yang ngelawan arah, macet dll.. Mereka kayanya tenang-tenang aja dan santai dalam ngadepin semua itu..

Kadang memang suka sekali-kali pencet klakson atau hanya sekedar memberi komentar dan geleng-geleng sama kelakuan pengguna jalan yang ajaib.. Tapi setelah itu ya udah..

Sedangkan kalo gw.. klakson panjang, umpatan, trus langsung berencana balas dendam.. Gw pepet kek, kalo ga gw plototin.. pokoknya negatif banget deh..

Source: 9GAG

Setelah dipikir-pikir.. Ini kali ya yang namanya sabar..
Dan kebetulan hal tentang nyetir ini juga sempat di mention di Buku Happiness Inside yang lagi gw baca..

Mungkin orang-orang yang bisa santai dalam hal nyetir ini, tidak secara sengaja bersabar ketika sedang nyetir.. tetapi cara mereka menghadapi para pengguna jalan lah yang berbeda..

Ya, mungkin mereka sama terganggunya sama gw..
Tapi mereka tidak melihat hal itu sebagai masalah..
Mungkin setelah hanya memencet klakson ata geleng-geleng kepala..
Dan..
Ya udah..
Lalu mereka melanjutkan nyetir lagi..

Tidak ada pikiran negatif untuk balas dendam atau (ekstrimnya) menyumpahin biar celaka dll.. Yang mereka hanya bereaksi dan.. ya udah.. selesai..

Bener juga sih, kadang kalo reaksi kita berlanjut dengan marah.. Dan kemudian malah merusak mood, menambah stress.. Yang rugi adalah kita sendiri..

Pengguna jalan yang ngaco itu ya tetap saja bakal seperti itu.. Macet ya tetap macet.. Ga akan ada perubahan.. Yang berubah adalah mood kita.. Yang rugi atau disakiti ya kita sendiri..

Setelah diingat-ingat.. Bener juga.. Beberapa kali gw ngerusak mood gw hanya gara-gara ketemu pengguna jalanyang seenaknya.. Mood tersebut terbawa ke kampus.. Karena masih kesel, jadi kesel ke teman.. Kesel ke teman, dibawa ke rumah.. Ketemu pacar masih dalam kesel.. Hasilnya jadi Bad Day banget..

Akhirnya gw coba mempraktekkan cara "ya udah.." ini..
Kalo ada yang minta jalan, kalo masih memungkinkan, ya dikasih.. Toh, ga bikin gw makin cepet juga.. Ya udah..
Ketemu motor seenaknya, tarik napas atau sekedar geleng-geleng.. dan.. Ya udah..
Ketemu macet, ya udah alihkan perhatian ke yang lain.. Ngoprek radio atau apapun yang tidak ganggu nyetir..

Hasilnya lumayan..
Jauh dari lumayan sebenernya..
Jauh lebih tenang..

Kadang kesel di suatu tempat (masih harus dipelajari cara ngatasinnya)..
trus nyetir dengan tenang..
Sampai ke tempat baru, keselnya kaya ga kebawa-bawa..

Cukup tarik napas.. atau reaksi apapun sesaat trus.. Ya udah..

Gw juga ga tau sih apa ini cara yang bener atau salah.. Tapi selama membuat gw merasa lebih tenang.. ya udah dipraktekin saja..